Wednesday, October 27, 2010

Elegi Seorang Mahasiswa

Pernah ga kalian ngebayangin seberapa cepat waktu bisa berlalu? Ngerasa 10 tahun yang lalu baru aja terjadi kemarin. Ngerasa tiba-tiba semuanya berbeda. Bertemu dengan kehidupan yang baru, yang akan segera berlalu.

Setelah gw liat facebook guru-guru pas jaman SD, SMP sampai SMA, gw baru ngerasain waktu itu cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemarin gw, Ardhi, Widi, Bagus dan Naufal latian basket bareng setiap sepulang sekolah. Baru kemarin kita ngangkat piala untuk SD kita dalam bidang basket. Ternyata semua itu udah terlewat 6 tahun yang lalu. Ngeliat facebook Pak Hasan, membalikkan ingatan gue tentang SD gw. Tentang rasanya hidup tanpa stres, tanpa tekanan. Hidup pada jaman itu rasanya tenang-tenang aja. Semua dibawa santai. Pak Hasan, Bu Widji, Pak Ali dan guru-guru lainnya yang gue kangenin sekarang. Rasanya gue ingin bilang "Pak, Bu, murid mu yang dulu suka nangis ini sekarang sudah kuliah, terima kasih banyak untuk bapak dan ibu".

Dulu pas gue di Jakarta, gue suka main ke SD gue walaupun sendirian. Jalan-jalan di SD gue sekedar mengingat kembali apa yang pernah terjadi disini. Bertemu guru-guru yang masih mengajar disitu, berbagi cerita dan pengalaman hidup. Mungkin ketika dulu mereka melepas gue dan angkatan gue di perpisahan, mereka berpikir "Selamat tinggal, nak, sekarang mulai lah kehidupan baru". Tapi tidak bagi gue, bagi gue mereka adalah bagian dari diri gue yang ngebentuk diri gue jadi seperti sekarang. Tanpa mereka, gue mungkin tidak akan seperti sekarang.

Ah, gue masih inget betapa semangatnya pak Ali untuk nyuruh gue ikut tes Akselerasi SMP Al-Azhar Pusat. Maaf pak, saya ga bisa bikin bapak bangga dengan masuk ke Akselerasi SMP Al-Azhar Pusat. Setidaknya, saya sudah membuat kerja keras dan semangat bapak tidak sia-sia dengan lolos seleksinya pak.

Dan pak Hasan, saya masih ingat betapa senangnya bapak ketika kita juara 1 di PJ Cup dan betapa sedihnya bapak sedihnya bapak ketika bapak melepas tim basket didikan bapak ini pergi dari SD Al-Azhar 17 Bintaro dan melanjutkan ke tingkat SMP.

Emang mungkin yang pergi selalu digantikan dengan murid-murid baru, tapi saya yakin, angkatan yang bisa membuat ruang guru sebegitu hebohnya hanya angkatan 2 SD Al-Azhar 17 Bintaro, bapak dan ibu.

SMA Negeri 8 Jakarta, ah sebuah SMA yang selalu dibilang favorit oleh semua warga Jakarta. Ternyata cerita gue disini juga engga kalah serunya dengan di sekolah-sekolah lain. Main bola setelah pulang sekolah, nongkrong di Sawin sambil ketawa-ketawa, ngejer kereta supaya bisa pulang lebih cepet dan masih banyak lagi kenangan-kenangan indah. Hey, siapa yang sangka, seorang Fahry Aritianta yang engga pernah belajar di kelas, bisa keterima Perguruan Tinggi Negeri paling cepat? Hahahaha, jadi inget bu Pur setelah tau gue keterima di ITS. Setiap ketemu gue, dia selalu nanya "Fahry, jadi ke Surabaya?". Iya, bu Pur dengan segala kerja kerasnya ngajar gue matematika agar gue mengerti plus senyum khasnya.

Oh iya, gue tidak akan pernah lupa dengan guru-guru BK gue. tempat gue cabut dikala suntuk dikelas. Dapat makanan gratis dari bu Ika, juga omelan gratis dari bu Ika haha.

Buat guru-guru gue yang mungkin baca blog gue, gue cuma mau bilang, "Terima kasih saja engga cukup untuk ngebales semua hal yang bapak dan ibu sudah berikan ke saya, dan saya ga pernah tau bisa membalas dengan apa. Semoga doa bapak dan ibu untuk saya dikabulkan oleh Allah SWT sehingga saya bisa membanggakan kalian, tapi saya rasa itu masih belom cukup. Semoga Allah menyediakan tempat di surga untuk bapak dan ibu guru. Saya selalu sayang kalian."