Gue baru pulang dari main futsal bersama temen-temen kampus gue. Plus satu senior gue yaitu Kimak, ya dia gue ajak karena dari kemarin, semangat bersepakbolanya sedang berkobar-kobar. Lagian lumayan buat ngegantiin Talib yang ilang entah kemana. Sori gue udah jarang ke Sorento, ga bisa bergalau ria lagi dengan kalian, ngedenger petikan gitar dari Bima dan bernyanyi sambil tertawa walaupun semuanya kita lakuin diatas jam 12 malam. Gue lagi ga ada mood untuk keluar kostan. Bahkan untuk makan aja males, selagi bisa nitip ya gue nitip sama temen gue. Atau ga delivery service menjadi solusi yang terbaik. Apalagi Rice Box yang ada di Klampis dengan cumi baladonya. Mungkin kalau duit gue udah ga setipis sekarang, gue bisa beli Rice Box lagi.
Tadi juga ada kumpul angkatan, jadi kumpul angkatan sekalian main futsal. Ya disitu lah gue ketemu temen-temen gue, yang ternyata, mereka ngebaca blog gue. Thanks ya udah mau ngebaca tulisan gue, kalau bisa sih follow blog ini. Gue seneng mereka ngebaca blog gue. Seenggaknya, tanpa gue cerita, mereka tau apa yang gue rasain. Apalagi pas Happy bilang ke gue kalau dia terharu dengan tulisan gue yang ada martabak-martabaknya. Tapi tadi, ketika bertemu mereka semua, gue kembali memainkan peran gue dengan cemerlang. Bahkan gue masih bisa ngebully temen-temen gue.
Setelah main futsal, gue cek Blackberry gue. Ada 1 BBM dari Yasmin, temen SD gue. Dia nanyain kabar gue gimana. Hey gue ga bodoh, gue tau Yasmin ga mungkin nanya kabar gue gitu aja kalau dia ga disuruh orang lain. Lagian apa untungnya buat dia peduli dengan gue? Setelah gue jawab kabar gue baik, dia ngasih tau gue tentang sebuah blog. Dari alamat blog tersebut, gue bisa tau siapa yang buat blog itu dan apa tujuannya. Terima kasih ya Yasmin, mungkin lain kali ga perlu seperti ini.
Sesampainya di kost, gue langsung ke kamar Kimak setelah sebelumnya loncat pagar, dan naruh HP di kamar gue. Ngobrol dengan Galang, Kimak dan Eko lalu gue turun lagi ke bawah. Ah, apa salahnya gue baca blog itu. Gue ketik alamatnya di Mozilla Firefox gue, menunggu sebentar, dan sebuah tulisan berjudul "Hello There" muncul di depan gue. Gue baca dengan seksama, tanpa pernah mengulang kalimat yang ada di tulisan itu. Gue ga ngerti apa yang ditulis. Sebuah kabar, sebuah salam, atau sebuah perpisahan? Tapi dari kalimat-kalimat terakhir yang ditulis dalam postingan itu, mungkin lebih cocok disebut sebagai perpisahan.
Kejar impian aku? Impian aku bukan disini, bukan didepan komputer dan menulis berbagai codingan untuk sebuah program. Impian aku, ada di lapangan hijau yang di kedua ujungnya ada gawang berwarna putih. Dimana sorak sorai penonton bergema di lapangan itu. Kamu ga pernah tau impian aku yang ini kan? Iya, bahkan bapak dan ibu belum tentu tau impian aku yang ini. Mungkin kamu bertanya buat apa kuliah kalau kamu hanya ingin jadi pemain sepakbola? Kenapa? Karena di negara kita ini, pesepakbola selalu diidentifikasikan dengan orang tanpa pendidikan. Tapi apa mereka tau faktanya? Bahwa seorang pesepakbola adalah manusia dengan IQ diatas rata-rata. Sepersekian detik, dia harus berani ngambil keputusan untuk timnya. Sepersekian detik, dimana dalam keadaan tertekan, dia bisa membalikkan keadaan dan membuatnya begitu indah untuk kemenangan timnya.
Bahkan dari semua mata kuliah yang aku lihat, aku hanya tertarik dengan Technopreneurship. Mata kuliah yang bisa membuat seorang sarjana tehnik mengkomersilkan hasil dari kerjaannya.
Oh iya, tulisan gue sebelum-sebelumnya bukanlah sebuah pembuktian. Tulisan gue adalah hasil dari apa yang dirasakan oleh hati dan otak gue. Sori kalau tulisan ini jadi balasan untuk blog itu. Kalau dia mempermasalahkan kenapa gue ga pernah nunjukkin rasa sayang gue seperti apa yang gue tulis, yang gue permasalahkan adalah, kenapa dia ga pernah ngomong ke gue tentang itu. Kenapa dia ga pernah ngasih tau, kalau dia minta ditunjukkin tentang rasa sayang gue ke dia. Siapa yang salah? Kita berdua salah. Gue salah karena terlalu bodoh dan tidak peka akan hal itu, dan dia salah karena ga pernah mengutarakan langsung ke gue.
Maaf, gue bukan seorang yang pintar menunjukkan apa yang dirasakan hati gue secara langsung.