Thursday, January 27, 2011

Gambaran Surabaya

Pernah gak sih kalian merasakan kangen dengan rumah? Tapi begitu dirumah, kalian ingin cepet-cepet balik lagi ke tempat kalian kerja atau kuliah. Pernah ga kalian ngerasain, tempat yang ngebuat kita jenuh banget, biasanya kampus, kost-kostan atau kantor, malah ngebuat kita kangen begitu kita jauh dari tempat itu. Gue sekarang lagi merasakan seperti itu. Kemarin ketika gue di Surabaya, gue merasakan ingin cepat-cepat ke Jakarta, pulang dan menikmati kamar gue dengan dinginnya AC gue yang baru. Tapi setelah hampir 2 minggu di Jakarta, berusaha menghasilkan duit sendiri walaupun belum 100%, dan merasakan kerja itu susah dan ribet, harus kejar-kejar sama waktu, tepatin janji sama klien. Belum lagi menyelesaikan berbagai design untuk keperluan advertisingnya. Iya semenjak gue mulai bisnis kecil-kecilan di SMA kelas 1, gue bisa merasakan betapa berharganya 100 rupiah itu. Apalagi ketika gue ngekost, uang receh ga pernah luput dari gue. Gue merasakan ingin kembali ke Surabaya.
Iya mungkin bagi sebagian orang di Surabaya itu panas atau gersang. Ternyata kenyataannya, panasnya cuma bisa membakar kulit gue, bukan hati gue. Gersangnya hanya bisa mengeringkan tenggorokan, bukan otak yang penuh dengan ide-ide baru dari generasi yang baru. Surabaya, telah menjadi bagian dari hidup gue dan ga akan pernah gue lupain sampai gue dewasa nanti, lulus, menikah, punya anak bahkan sampai punya cucu. Dari banyak kota yang udah gue datengin di Indonesia, gue merasa hanya Surabaya yang bisa membentuk karakter hidup gue. Keras, bukan bearti egois, tapi berjuang sampai titik darah terakhir demi sesuatu yang kita inginkan. Nekat, bukan sekedar tidak berpikir dan asal bertindak, hanya melakukan langkah-langkah yang jarang ditempuh orang untuk mendapatkan yang kita inginkan.
Dreamkost, sebuah kost-kostan yang baru di Suterejo Selatan, dimana gue belajar bahwa kita perlu banyak teman dari segala kalangan dan latar belakang. 1000 teman terlalu sedikit, 1 musuh terlalu banyak. Dimana kita ketika sakit dibantu oleh teman-teman 1 kost. Merasakan susah bareng-bareng, merasakan senang bareng-bareng. Sama-sama melamun ketika pengeluaran melebihi kiriman uang dari orang tua dan sama-sama kalap ketika bulan muda. Surabaya ga akan seseru ini kalau gue ga tinggal di Dreamkost. Mungkin akan beda ceritanya kalau gue jadi ngambil kost-kostan seharga 1,5 juta rupiah per bulan yang terletak dengan Rumah Sakit Haji.
Walaupun kita sekarang lagi kepisah-pisah karena liburan, tapi gue yakin, kita ingin cepat-cepat kembali ke Surabaya!