Sekarang gue berada di Bandung dengan Oki sodara gue yang gendut. Mencoba mencari suasana baru dari penatnya kota Jakarta yang semakin semerawut. Dan ternyata di Bandung, ga terlalu beda jauh dari Jakarta. Pengendara motor seperti raja jalanan yang menguasai jalanan seenaknya. Tanpa lampu, tanpa plat nomor dan dengan knalpot yang bising. Sedangkan angkot disini, mereka layaknya perdana menteri dari sebuah pemerintahan yang punya kekuasaan untuk memberhentikan dan melancarkan jalan sesuai kehendaknya. Sedangkan gue sebagai orang biasa yang melihat keadaan lalu lintas di Indonesia terutama di Bandung dan Jakarta, cuma bisa berharap dan terus berharap perubahan ke arah yang lebih baik.
Dulu ketika pemilihan kepala daerah provinsi DKI Jakarta, ada 2 calon yang maju. satunya, mengedepannkan pendidikan gratis dan lawannya, dengan bangganya terhadap ke-Betawi-annya dia, memasang slogan, "Serahkan pada ahlinya!". Ketika hasilnya menjadikan orang yang menganggap dirinya ahli Jakarta ini gubernur dari ibukota negara kita tercinta ini, gue udah ga yakin akan kinerjanya. Menurut gue, dia hanya membanggakan ke-Betawi-annya dia sedangkan dia sama sekali tidak ahli dibidang ini. Bidang yang menyangkut ketertiban dan harkat hidup orang banyak. Memangnya kenapa kalau Jakarta yang dibanggakan orang daerah ini tidak dikepalai oleh orang Betawi? Bukannya Jakarta telah menjadi kota metropolitan, dimana semua etnis menyatu jadi satu. Ini bukan Batavia bung! Ini Jakarta!
Melihat kinerja bapak tersebut selama ini, ga heran kalau ada penelitian yang menunjukkan tahun 2015 Jakarta akan macet total. Kendaraan, baik motor atau mobil tidak akan dapat bergerak kemanapun. Ya semoga aja dengan adanya survey tersebut, si bapak yang terhormat itu bisa memperbaiki segalanya dengan sisa tahun jabatannya ini.
Gue warga Jakarta, yang masih ingin melihat Jakarta lebih baik daripada sekarang. Jika para bapak-bapak yang duduk di kursi pemerintahan daerah sekarang tidak bisa, mungkin nanti, ketika generasi gue yang memimpin, semua akan berubah.