Hari ini serasa capek banget. Yah memang kemarin ada latian dan sparring futsal Teknik Informatika ITS dengan jurusan Biologi ITS, tapi gue ga ngerasa capek dari situ. Sedikitlah rasa ngilu kembali muncul di kaki gue sebelah kiri, penyakit lama yang sering kambuh ini semoga aja ga menghentikan gue di tengah-tengah sebuah pertandingan.
Gue ngeliat sekeliling kamar, ya ampun berantakan banget. Ga ada semangat untuk membereskan kamar gue sekarang. Bahkan laundryan yang gue ambil baru gue masukin ke lemari setengahnya, setengahnya lagi gue biarin geletakan di lantai. Kasur juga masih begitu-begitu aja berantakannya. Apalagi meja belajar gue dengan kotoran dimana-mana. Motorpun belum jadi-jadi gue servis.Mungkin besok sebelum gue kelas Kalkulus 2 jam 1 siang.
Rasanya pengen tidur aja, capek, ngantuk semuanya masih nyampur jadi 1. Mungkin fisik gue udah ga sebagus SMP atau SMA dulu, makin kesini makin jarang olahraga dan pola makan pun makin ga jelas. Makanan yang monoton banget ngebuat gue ngerasa bosen dengan makanan-makanan di sekitar kostan gue. Coba aja Ndut ada di Surabaya, mungkin gue sekarang lagi tur Surabaya nyari makanan baru dan tempat-tempat yang enak sekalian gue bisa cerita-cerita ke dia. Nduuuuuttttt! Cepetan ke Surabaya yah!
Makin ragu ke depannya gimana, makin ga jelas dan makin buram. Semuanya gampang kalau hanya bicara dan hanya di BBM, semuanya gampang. Tapi seua itu sama sekali ga berasa di gue, gue ga menemukan buktinya sama sekali. Setelah berdebat semalam, sekarang sama sekali tanpa komunikasi. Kata dia, komunikasi yang susah adalah pemisah yang berbahaya, tapi gue ngerasa, semuanya sama aja. Jalan yang kemaren kita laluin, dan yang sekarang kita pilih sama sekali ga ada perbedaan. Gue tetap sendirian, tetap tanpa dia.
Menunggu dan menunggu, sampai diri gue ga kuat lagi. Mungkin nanti suatu saat gue akan berani bilang selesai ke dia. Dan gue berharap sekarang gue lagi mengumpulkan keberanian itu. Yang gue baca di BBM ga pernah ada buktinya, serasa semuanya hanya fiksi belakang. Bagaikan seorang J.K. Rowling yang bisa mempengaruhi pembaca Harry Potter dengan kata-kata yang ditulisnya. Sayang sekali, J.K. Rowling dan dia ga bisa menyihir gue dengan kata-kata yang mereka tulis. Gue masih penuh dengan logika, dan gue ga pernah percaya magic atau sihir.
Maybe it's time to stop, and turn around.
Rasanya pengen tidur aja, capek, ngantuk semuanya masih nyampur jadi 1. Mungkin fisik gue udah ga sebagus SMP atau SMA dulu, makin kesini makin jarang olahraga dan pola makan pun makin ga jelas. Makanan yang monoton banget ngebuat gue ngerasa bosen dengan makanan-makanan di sekitar kostan gue. Coba aja Ndut ada di Surabaya, mungkin gue sekarang lagi tur Surabaya nyari makanan baru dan tempat-tempat yang enak sekalian gue bisa cerita-cerita ke dia. Nduuuuuttttt! Cepetan ke Surabaya yah!
Makin ragu ke depannya gimana, makin ga jelas dan makin buram. Semuanya gampang kalau hanya bicara dan hanya di BBM, semuanya gampang. Tapi seua itu sama sekali ga berasa di gue, gue ga menemukan buktinya sama sekali. Setelah berdebat semalam, sekarang sama sekali tanpa komunikasi. Kata dia, komunikasi yang susah adalah pemisah yang berbahaya, tapi gue ngerasa, semuanya sama aja. Jalan yang kemaren kita laluin, dan yang sekarang kita pilih sama sekali ga ada perbedaan. Gue tetap sendirian, tetap tanpa dia.
Menunggu dan menunggu, sampai diri gue ga kuat lagi. Mungkin nanti suatu saat gue akan berani bilang selesai ke dia. Dan gue berharap sekarang gue lagi mengumpulkan keberanian itu. Yang gue baca di BBM ga pernah ada buktinya, serasa semuanya hanya fiksi belakang. Bagaikan seorang J.K. Rowling yang bisa mempengaruhi pembaca Harry Potter dengan kata-kata yang ditulisnya. Sayang sekali, J.K. Rowling dan dia ga bisa menyihir gue dengan kata-kata yang mereka tulis. Gue masih penuh dengan logika, dan gue ga pernah percaya magic atau sihir.
Maybe it's time to stop, and turn around.
