Tadi adalah perwalian terakhir gue dengan SC gue, yaitu Mas Tegar. Ya kita menutupnya dengan makan malam bersama di Wapo, sebuah restoran yang cukup menguras dompet. Jujur aja, tadi adalah perwalian gue yang ketiga bersama Mas Tegar. Perwalian yang pertama adalah setelah IPITS, yang kedua ketika gue baru awal masuk di bulan puasa tahun lalu dan yang tadi adalah yang ketiga. Banyak perwalian yang gue lewatin dengan beribu alasan atau tanpa alasan. Kadang hanya males untuk pergi keluar, kadang beneran tertidur di kostan gue.
Dan tadi gue juga baru tau kalau teman sekelas gue, Afrian, berniat pindah ke Universitas Indonesia jurusan Akuntansi. Dia udah ikut SNMPTN kemarin dan tinggal menunggu hasilnya aja. Rada kaget juga dengernya, sekaget mendengar si Afrian ini ga ikut Sys (Pengukuhan sebagai HiMa) di kampus gue seperti gue. Ya mungkin dia akan menjadi boikoter yang kesekian yang pindah dari kampus perjuangan ini. Semoga dia sukses nanti, dan selamanya. Semoga dia beneran bisa memakai jaket kuning yang membanggakan itu.
Gue jadi teringat ketika gue SMA, dan sedang sibuk-sibuknya mencari kuliah. Dulu, ITS bukanlah kampus yang ingin gue tuju. Pilihan gue pun dulu antara UI, ITB, Unpad atau UGM. Tapi berhubung USM ITB dan UM UGM terjadi pada waktu yang bersamaan, makanya gue merelakan UGM dan lebih memilih ITB. Jauh sebelum hari tes, gue telah mengetahui kalau gue harus mengorbankan UGM. Dan gue sempat dibuat pusing juga karena peluang gue masuk unversitas makin berkurang. Setidaknya, sampai gue cabut pelajaran ke ruang BK dan menemukan brosur tentang ITS disana.
Jujur aja, gue dulu ga familiar dengan ITS. Namun karena di brosur tersebut mencantumkan mata ujian yang akan diujiankan pada saat PKM ITS, gue menjadi tertarik. Yah siapa yang tidak tertarik kalau ujiannya hanya Bahasa Inggris, Psikotes dan TPA? Gue langsung bilang ke nyokap gue supaya membayar biaya pendaftaran ujiannya. Takut banget telat dan takut ga dapat jatah tes.
Sampai tiba hari H gue tes PKM ITS, yang gue tau ya itu soal adalah terlalu mudah. Kayak mengejek otak lulusan SMA Indonesia. Kalau dibandingin dengan UI atau ITB, soal ITS adalah yang paling mudah. Ya gue dengan santai mengerjakannya dan sempet ngulet-ngulet bentar sambil ngerjain soal. Sama sekali ga ada pressure pas ngerjain soalnya. Engga seperti ITB atau UI yang bener-bener keringetan di ruang ber-AC.
Gue keterima di ITS, dan ga keterima di universitas lain. Dan baru 2 minggu gue kuliah di ITS, gue baru sadar 1 hal, soal tes masuk ITS memang paling gampang diantara PTN yang lain, tapi kuliah di ITS, mungkin paling susah dibanding PTN yang lain.
Dan sekarang, kata-kata yang sering keluar ketika sedang menyimak dosen di depan kelas adalah, "Mak, pengen pulang..".
