Ini adalah malam ke 4 gue tanpa tidur. Gue hanya tidur disiang hari setelah kuliah, sampai jam 8 dan melewati malam lagi agar besoknya bisa kuliah. Iya, mungkin lagu Anak Pantai sangat cocok untuk gue kali ini. Nggak kenal waktu, nggak kenal hari. Yang gue tau hanyalah sunset dan sunrise. Iya bener sekali, semakin jarang liat jam, semakin jarang tau waktu, dan tiba-tiba keluar kamar dan mendapatkan matahari udah mulai nampak, menunjukkan keperkasaannya dalam menerangi dunia ini. Lalu pergi ke kampus, untuk kuliah, praktikum, asistensi atau hanya sekedar ketemu temen, dan kembali mendapatkan matahari sudah mulai letih menerangi dunia, dan bulan mulai menggantikan tugasnya. Atau ketika pulang kuliah jam 9 pagi, selalu gue tertidur setelah sarapan, dan menemukan hal yang sama, bahwa hari segera berakhir.
Barusan aja gue membaca blog seseorang, seseorang yang pernah berarti dihidup gue. Melewati tulisan dia yang baru akhir-akhir ini diterbitkan, gue membaca 1 hal yang menarik ketika isi postingannya ada yang berbunyi "suatu hari di arteri, gerimis dan hujan kecil, banjir, pelataran parkir sebuah ruko, dan kami tersenyum lalu tertawa". Gue hampir membaca semua tulisan dia dari awal dia blogging sampai postingan di bulan Juli 2010. Mungkin semua yang dia bilang adalah bener adanya, dan gue ga pernah tau itu. Dari awal, gue ga pernah tau itu. Mungkin dia lebih percaya untuk cerita ke teman-temannya daripada ke gue. Simple aja, gue bukan pendengar yang baik dan bukan pemberi solusi. Perbedaannya gue dengan dia, mungkin gue cerita ke orang lain tentang masalah gue, tapi untuk penyelesaiannya gue lakukan dengan cara gue sendiri, bukan dengan cara yang orang lain minta atau anjurkan.
Gue ga pernah bermasalah orang mau bilang gue apa, mau bilang gue brengsek atau apa, mau maki-maki gue kayak gimana. Gue ga peduli dengan pandangan orang lain tentang gue, ini adalah diri gue sendiri. Bahkan nyokap dan bokap gue nerima gue apa adanya, dengan segala kekurangan gue ini.
Gue ga tau apa dia akan baca tulisan gue ini, dan gue ga berharap dia untuk baca ini, gue ga berharap apa-apa. Gue seneng banget dulu, walaupun gue selalu nyakitin dia dan cuek, dia selalu khawatir dengan diri gue. Seenggaknya dia orang pertama yang care terhadap gue, selain bokap dan nyokap gue. Dia orang pertama yang bikin gue bisa ngebuang waktu hanya untuk ketemu dia tanpa melakukan hal apa-apa. Dia yang bisa bikin emosi gue reda dengan sesaat, walaupun kadang-kadang emosi gue meluap juga karena dia. Semua masalah dari yang paling gampang sampai yang paling ribet udah pernah kita laluin bareng. Ga pernah nyangka sebelumnya, kita bakal jalan selama itu.
Hey selamat menjalani hidup baru ya, seperti yang dia bilang dia ga akan berubah kalau nanti, gue akan nyari dia lagi. Mungkin kemarin adalah hari terakhir kita berkomunikasi. Maafin gue kalau nanti, gue ga nyari dia lagi, atau gue ga berusaha nyari dia. Karena gue sadar, gue ga pernah bisa bikin dia merasa jadi orang yang paling penting di hidup gue, dan gue ga pernah berusaha segitu kerasnya untuk dapetin dan ngeyakinin dia tentang itu. Semua surat yang dia kasih ke gue, semua fotobox, bahkan semua tiket nonton yang pernah kita lakuin bareng masih tersimpan rapi di lemari gue di Jakarta, ga pernah ada kekuatan buat ngebuang itu semua. Karena kadang-kadang, mengingat kenangan adalah hal yang bisa bikin gue ketawa dan senyum-senyum sendiri.
Gue selalu berdoa buat dia, walaupun solat gue masih bolong-bolong. Berdoa yang terbaik buat dia dan buat gue, berdoa semoga pilihan dia adalah yang terbaik ketika ngebaca email dari dia. Dan berdoa supaya dia bisa jadi wanita sukses.
Gue ga tau mau nulis apa lagi, gue kehabisan kata-kata untuk diungkapin. Oh iya, mobil yang dulu ada di pelataran parkir sebuah ruko itu sekarang udah dijual.
Terima kasih karena sudah begitu sabar, mengerti dan sayang sama gue. Gue seneng, pernah jadi bagian dari hidup dia. Terima kasih banget.
Martabak spesial gue, udah jadi milik orang lain sekarang.