Gak kerasa udah masuk bulan Desember aja. Hidup disini tinggal sebulan lagi, nunggu IP keluar, kaget karena IP jelek atau pas-pasan, pasrah, dan melupakannya dengan liburan. Well, Lombok mungkin bisa jadi pilihan yang bagus andai saja liburan saya lebih dari sebulan. Mungkin nanti ketika libur pergantian tahun ajaran. Alhamdulillah uang bulanan sudah dikirim sama nyokap gue, dan gue bisa melanjutkan hidup gue kembali disini. Belajar dari pengalaman bulan lalu yang rasanya duit keluar seperti keran bocor, gue mulai inisiatif menulis semua pengeluaran gue disini. Mulai dari makan, jajan, bensin sampai pulsa gue tulis semua dan gue pajang di mading gue.
Ya ini supaya jaga-jaga aja, supaya gue ga melampaui batas dan bisa menabung untuk beli Fixie. Ya lumayan kan sekarang Surabaya sering mending, ke kampus naik sepeda sekalian cari keringat. Gue jadi keinget pas gue di Jepang, gue berusaha nabung untuk beli iPod yang sampai sekarang masih gue pake. Demi sebuah iPod, gue rela makan siang cuma beli makanan-makanan murah, atau bahkan biskit kalori yang gue lupa namanya apa dan minum air putih dari sekolah yang disediakan gratis. Uang jajan 500 Yen, hanya kepake 110 Yen tiap hari dan sisanya gue tabung. Alhamdulillah cita-cita gue kesampean beli iPod. Hal yang sama terjadi ketika gue ingin beli sepatu futsal, sepatu Puma v1.05 Sala kesayangan gue yang sampai sekarang gue jaga dan gue rawat walaupun sepatu itu udah ga bisa jadi alas gue ketika gue main futsal.
Ya, mungkin gue lebih suka menghitung pengeluaran bulanan daripada soal-soal kalkulus. Saya benci hal yang tidak perlu. Kenapa kalkulus gue bilang ga perlu? Karena di jurusan gue, angka yang gue tau cuma 0 dan 1 dan persetan dengan 2,3,4,5,6,7,8 dan 9.
Tetep merasa ga enak dihati, padahal hampir sebulan semuanya berlalu. Ya mungkin 2 minggu. Tapi sedikit demi sedikit sudah mulai terbiasa dengan keadaan ini. Walaupun gue sering digodain Echa dengan godaan "Ry, beli martabak yuk!", tapi gue udah ga ngerasa sesakit pertama kali. I'm still having a great life in Surabaya. With all my friends, I can do anything I want. Laughing, bullying some friends or just messing around.
Mungkin bener apa yang Echa tunjukkin ke gue pas gue makan di Warung Bonek setelah kuliah, sebuah tweet yang berbunyi, "Kamu tidak pantas melukiskan kesedihan diwajahmu untuk orang yang sedang tertawa bersama pacar barunya".