Tuesday, December 28, 2010

Jetlag

Kemarin adalah perjalanan pulang gue ke Surabaya yang tercinta ini. Setelah paginya nganterin Bunda ke kantor dan gue main futsal sama anak-anak di Planet Futsal Rasuna, makan di warung Pak Mo', langsung ke Soekarno-Hatta. Menyempatkan waktu untuk ke kantor Bokap hanya buat ngambil earphone, tapi sayangnya ternyata iPod gue baterainya habis sehabis-habisnya. Dari kantor Bokap yang masih dilingkungan Soekarno-Hatta, gue langsung cabut ke Terminal 2. Langsung check-in, tanpa booking flight dulu sebelumnya, main asal go-show aja. Minta ke mbak-mbak check-in counter yang bernama Mbak Siti, minta pesawat ke Surabaya yang paling cepat dan yang available. Ternyata gue dapet di pesawat GA 318 jam 14.00 dan executive class. Ah, pesawat yang ga terlalu penuh, bahkan hanya ada gue dan seorang perempuan alumnus FTI ITB 2005 yang ternyata bokapnya juga kerja di Garuda Indonesia. Jadilah gue ngobrol-ngobrol sama dia selama di pesawat, lumayan untuk mengganti iPod yang baterainya habis.
Sampai Juanda, langsung ngambil taxi ke kostan. Selama di perjalanan, gue melakukan kesalahan yaitu mengajak ngobrol sopir taxinya. Gue ajak ngobrol dengan bahasa Indonesia, dibales dengan bahasa jawa. Untung karena udah 4 bulan di Surabaya, sedikit-sedikit gue mengerti apa yang dia bilang. Dan dari cara bicaranya, terlihat sekali kalau sopir taxi itu kesal dengan kekalahan Tim Nasional kita pada hari Minggu. Yang gue inget dari omongannya, kalau diartikan ke bahasa Indonesia adalah, "Mainnya TimNas kok kayak mainnya mas-mas di Keputih (Daerah timur Surabaya, dekat ITS) ya?". Hahahaha, iya pak saya setuju, kemarin Minggu adalah permainan terburuk TimNas di AFF Suzuki Cup 2010.
Dan kemarin, gue merasakan jetlag pertama gue. Berkali-kali naik pesawat, bolak-balik kesana-kemari, baru kali ini gue merasakan jetlag.
Gue sekarang kembali berpacaran dengan Shafa Alamanda. Iya, kalau kata adek gue, Shafa itu orangnya baik banget. Dan gue setuju dengan adek gue. Baik, santai walaupun agak bawel, dan nerima gue apa adanya. Sering banget mijitin jidat gue kalau gue lagi nganterin dia balik ke rumahnya setelah kita jalan-jalan. Selama setahun lebih kita ngejalanin bareng, belum pernah sekalipun kita bertengkar. Walaupun guenya cuek, guenya ga pernah ngabarin dia, tapi dia tetap santai. Memaklumi gue akan banyaknya kekurangan gue dan menerima dengan lapang dada. Dan seperti yang Shafa bilang, "Kita jalanin aja dulu sekarang, ga usah janji-janji, takut gak bisa ditepatin".
Ya ampun, jadwal UAS gue apa kabar nih? Belum ada kejelasan dari pihak kampus ataupun dosen. UAS-lah lebih cepat, agar libur gue lebih lama.